Badan Hukum

DSAHKAN: DEP. AGAMA R.I NO. DD/P/VII/84/672/1972

SK. DIRJEN BIMAS KRISTEN No. 154 Thn. 1988. Tgl. 2 Juli 1988

Angota PGPI

Kamis, 26 Mei 2011

HARI TUHAN

HARI TUHAN Mal. 4:1

Tentu kita sering mendengar peribahasa “Sedia payung sebelum hujan”. Maksudnya, lakukan antisipasi sebelum suatu masalah terjadi. Tujuannya, agar ketika suatu masalah terjadi, orang dapat mengatasinya dengan baik.

Pertanyaan: Apa itu hari Tuhan?
Jawaban: “Hari Tuhan” biasanya menunjuk pada peristiwa-peristiwa yang terjadi pada akhir dari sejarah (Yesaya 7:18-25) dan sering diasosiasikan secara dekat dengan frasa “hari itu.” Salah satu kunci untuk memahami frasa ini adalah dengan memperhatikan bahwa frasa-frasa ini selalu berbicara mengenai suatu masa di mana Allah secara pribadi campur tangan dalam sejarah, baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk menggenapi aspek tertentu dari rencanaNya.

“Hari Tuhan” digunakan sembilan belas kali dalam Perjanjian Lama
Yesaya 2:12; 13:6, 9;
Yehezkiel 13:5; 30:3;
Yoel 1:15, 2:1,11, 31; 3:14;
Amos 5:18, 20;
Obaja 15,
Zefanya 1:7-14;
Zakharia 14:1;
Maleakhi 4:5
dan empat kali dalam Perjanjian Baru (Kisah 2:20; 2 Tesalonika 2:2; 2 Petrus 3:10). Hal ini juga disinggung dalam bagian-bagian lainnya (Wahyu 6:17; 16:14).

Bagian-bagian Perjanjian Lama yang berhubungan dengan hari Tuhan sering kali mengandung makna kesegeraan, hampir dan pengharapan:
Yesaya 13:6”
Yehezkiel 30:3;
Yoel 1:15; Yoel 2:1; 3:14;
Obaja 1:15; Zefanya 1:7; 14.

Hal ini dikarenakan “hari Tuhan” dalam Perjanjian Lama sering berbicara mengenai penggenapan yang dekat dan jauh, sama halnya dengan nubuatan Perjanjian Lama. Ada kalanya dalam Perjanjian Lama di mana “hari Tuhan” digunakan untuk menggambarkan penghakiman bersejarah yang terlah digenapi dalam pengertian tertentu (Yesaya 13:6-22; Yehezkiel 30:2-19; Yoel 1:15; 3:14; Amos 5:18-20; Zefanya 1:14-18),

sementara pada waktu lainnya istilah ini merujuk pada penghakiman illahi yang akan terjadi menjelang berakhirnya zaman (Yoel 2:30-32; Zakharia 14:1; Maleakhi 4:1, 5).

Perjanjian Baru menyebutnya sebagai hari “murka,” hari “perlawatan,” dan hari Allah Yang Mahakuasa (Wahyu 1:14) dan merujuk pada penggenapan di masa depan ketika murka Allah dicurahkan kepada bangsa Israel yang tidak mau percaya (Yesaya 22; Yeremia 30:1-17; Yoel 1-2; Amoz 5; Zefanya 1) dan dunia yang tidak percaya (Yehezkiel 38-39; Zakharia 14). Kitab Suci menunjukkan bahwa “hari Tuhan” akan datang dengan cepat, seperti pencuri di malam hari (Zefanya 1:14-15; 2 Tesalonika 2:2), dan karena itu kita sebagai orang-orang Kristen harus berjaga-jaga dan siap untuk datangnya Kristus setiap saat.

Selain merupakan saat penghakiman, itu juga akan merupakan saat penyelamatan ketika Allah membebaskan sisa-sisa Israel, menggenapi janjiNya bahwa “seluruh Israel akan diselamatkan” (Roma 11:26), mengampuni dosa mereka dan memulihkan orang-orang pilihanNya ke tanah yang dijanjikannya kepada Abraham (Yesaya 10:27; Yeremia 30:19-31, 40; Mikah 4; Zakharia 13). Hasil terakhir dari hari Tuhan adalah “Manusia yang sombong akan ditundukkan dan orang yang angkuh akan direndahkan; hanya TUHAN sajalah yang maha tinggi pada hari itu” (Yesaya 2:17). Penggenapan utama atau yang paling akhir dari nubuat-nubuat mengenai “hari Tuhan” akan terjadi pada akhir dari sejarah ketika dengan kuasa yang ajaib Allah akan menghukum kejahatan dan menggenapi semua janjiNya.

By: Pdt. Refly Lumingas

Tidak ada komentar:

Posting Komentar